Selasa, 11 September 2018

Ini Terapi Trombolisis RSPON yang Bisa Tangani Stroke dengan Cepat

Stroke dapat terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah (iskemik) atau pendarahan akibat pecahnya pembuluh darah (hemoragik). Kecepatan waktu penanganan merupakan aspek terpenting dalam manajemen stroke, waktu untuk penanganan stroke penting untuk menentukan jenis terapi yang tepat pada pasien. 

Kecepatan waktu dalam penanganan stroke memang sangat mempengaruhi besar atau kecilnya kerusakan saraf yang akan terjadi. 2 juta sel saraf mati setiap menitnya pada pasien dengan stroke, mengakibatkan risiko kerusakan otak permanen, kecacatan, ataupun kematian. 

Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON), dr Mursyid Bustami, SpS (K), KIC menyebutkan bahwa sektiar 70-80 persen kasus stroke terjadi karena penyumbatan. Oleh karena itu, di RSPON dilakukan terapi pemberian obat penghancur sumbatan (bekuan darah) yang disebut trombolisis.

"Jadi otak itu beberapa menit saja tidak mendapat aliran darah, dia akan rusak. Nah rusaknya permanen, tidak bisa kembali baik. Jadi kalo dia datang ke rumah sakit, bagaimana melepaskan sumbatan itu prinsipnya," katanya kepada detikHealth.
Pemberian obat dilakukan setidaknya kurang dari golden period atau waktu 4,5 jam. Persiapan sudah mulai dilakukan sejak pasien masuk lewat pintu rumah sakit sampai disuntikkan obat ditargetkan selesai dalam satu jam (door to needle.)

dr Mursyid menjelaskan, penanganan pertama pasien akan dibawa ke UGD untuk memastikan apakah gejala yang dialami stroke atau bukan. Lalu setelah dipastikan, akan dilakukan CT Scan sebagai standar untuk memeriksa stroke. Baru setelah itu diberikan terapi trombolisis, dalam 2-3 hari pasien sudah bisa pulang kembali.

Bagaimana jika jalanan kerap macet seperti di Jakarta? "Itulah kendalanya. Semua rumah sakit yang memang ada dokter saraf, ada UGD-nya mestinya mampu untuk melakukan itu, nggak cuma RSPON aja. Kalau RSPON saja mana cukup," jawab dr Mursyid. 

RSPON telah menangani sekitar 100 pasien dengan terapi trombolisis sejak akhir tahun lalu. dr Mursyid menegaskan bahwa terapi ini menjadi terapi pilihan terbaik di seluruh dunia, dan lebih baik hindari penanganan tradisional yang tidak jelas.

"(Tidak ada) tusuk jarum, tusuk telinga, keluarkan darah. Jangan sesatkan masyarakat dengan itu," tutup dr Mursyid.
sumber : https://health.detik.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar