Selasa, 18 September 2018

Bekraf Sebut Investasi di Film Lebih Menguntungkan Dibanding Startup

Jumlah penonton bioskop terus naik dalam beberapa tahun terakhir.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi digital telah menarik banyak investor menanamkan modalnya ke perusahaan rintisan (startup). Namun, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf menyebut, berinvestasi di industri film tak kalah menguntungkan ketimbang startup.
Alasannya, investor akan tetap mendapat uang kembali sekalipun jumlah penonton tidak sesuai target. Bila penonton melebihi target, investor mendapat untung. "Ini tidak seperti investasi di startup yang valuasinya besar tetapi belum untung," kata dia saat membuka acara Akatara di Djakarta Theater, Jakarta, Selasa (18/9).
Triawan juga melihat perkembangan industri film sangat baik. Jumlah penonton film di bioskop, misalnya, terus meningkat dari 16 juta pada 2010 menjadi 42,7 juta pada tahun lalu. Lalu, per Agustus 2018 jumlah penonton sudah mencapai 36,3 juta dan diperkirakan mencapai 50 juta hingga akhir tahun.
Kemudian, jumlah tiket film yang terjual di bioskop naik dari 76 juta di 2014 menjadi 87 juta pada 2015. Lalu per Agustus 2018, jumlahnya sudah mencapai 105 juta tiket yang terjual.
Sementara itu, jumlah bioskop juga meningkat dari 1.100 layar di 2018 menjadi 1.681 layar per Agustus 2018. Itu artinya, ada pembukaan lebih dari 500 layar bioskop selama dua tahun. "Itu luar biasa," katanya. "Tapi saya kira bisa mencapai 3 ribu bioskop saat ini." 
Oleh karenanya, ia mengimbau para pembuat film untuk memerhatikan selera pasar. Supaya produknya ini diminati oleh masyarakat, sehingga memberikan untung kepada investor. Dengan demikian, minat investor untuk menanamkan modal di industri film terus meningkat. "Di film, investasi lebih menjanjikan," ujarnya.
Selain menggaet investor, Bekraf mengembangkan talenta di industri ini. Memang talenta di industri film sudah ada, hanya jumlahnya terbatas. Untuk itu, Bekraf mengundang sekolah film asal Tiongkok untuk membuat proyek serupa di Indonesia. Dengan begitu, ia berharap ekosistem industri film terbentuk.
Managing Director Ideosource Andi Boediman menambahkan, jenis film yang mempunyai pasar besar di Indonesia adalah komedi, horor, dan drama. Ia mengakui, jumlah produksi film di Indonesia juga terus meningkat. "Tetapi dari sisi komersial menurun. Artinya film yang dibuat tahun ini tidak bernilai jual," kata dia.
Untuk itu, ia berharap pembuat film memerhatikan intelectual property dan pemasaran seperti trailer dan cast atas produknya. Sebab, orang menonton karena janji dari si pembuat bahwa film itu memuaskan. "Orang memutuskan mau menonton atau tidak itu dasarnya keterkenalan dan pemasarannya," ujarnya.
Sedangkan untuk investor, ia menghitung penanam modal baru akan untung jika berinvestasi di 10 film. Berkaca dari tahun lalu, ada 11 dari 120 film yang penontonnya lebih dari 1 juta pada 2017. Artinya perbandingan film yang baik adalah 1:11. "Jadi harus investasi di 10 film, salah satunya pasti menguntungkan dan menutup rugi yang lainnya," katanya.
sumber : katadata.co.id

Share:

0 komentar:

Posting Komentar